Rabu, 03 Desember 2008

Kasih 2

AKU SI KASIH (II)

Aku, si Kasih,
Telah lama mengembara,
Di hati anak-anak manusia.
Bersama mereka aku bahagia,
Sebab aku memberikan sukacita.
Tetapi aku sering kasihan,
Melihat orang-orang yang mencari aku,
Tetapi tidak dapat memilikiku.
Bukannya aku sombong, tetapi hati mereka tertutup, pikiran mereka kalut
Sehingga tidak mungkin aku masuk dan menghuni ruangan disana.
Bahkan ketika kukatakan pada mereka, “aku mau masuk dalam hidupmu”
Tetapi kamu harus menceraikan si Tidak mau mengampuni.” Ternyata mereka memilih tidak mau mengampuni, dan tetap membuang aku. Katanya, “biar aku mencari kasih yang lain, silahkan pergi dari sini”.
Tetapi anehnya, mereka tetap menginginkanku, meskipun mereka telah banyak mendapatkan kasih yang lain.
Mereka mendapat cinta karena harta, kasih yang pura-pura, cinta birahi, dan sebangsanya, Mereka tetap tidak bahagia.

Ada seorang gadis manis berpakaian bak putri raja bertanya:
“ bagaimana aku dapat memilikimu, menyuntingmu dalam ikatan tanpa nafsu”
Kataku :” engkau dapat menyuntingku jika hatimu tergerak dan tanganmu terulur memberi derma kepada yang menderita dan miskin papa dengan tanpa prasangka.”
kemudian datang pula pemuda gagah perkasa yang berkata:
“apa syaratnya agar aku dapat meminangmu, bersanding denganmu.”
Jawabku: ” engkau dapat meminangku jika kau buang keangkuhanmu, kekerasan hatimu, dan menjadi lembut, terbuka bagi yang terhina”.
Kemudian datang sepasang suami istri. Si suami bertanya bertanya padaku ”bagaimana aku dapat memilikimu sebagai anak yang keluar dari rahim istriku.” Jawabku “ engkau dapat memiliki aku sebagai anak yang keluar dari rahim istrimu jika kesetiaan dan komitmen , menjadi dasar hubungan kalian. Dan jika cinta mula-mulamu pada istrimu tidak menjadi hambar, pudar melainkan bertumbuh sejalan dengan usia yang semakin renta.”
Si istri kemudian berkata dengan nada meminta: “ maukah Engkau singgah dan berdiam dirumahtanggaku?” Aku kini menjawab” aku pasti datang, berdiam pada rumah tanggamu jika kalian saling menghormati, menghargai, menganggap kepentingan pasanganmu sama pentingnya dengan kepentinganmu. Aku pasti masuk dalam rumah tanggamu jika engkau berlaku sebagai penolong, dan bukan perongrong. Beranilah untuk dipimpin, tetapi aktiflah memberi suport dan semangat. Hiaslah hatimu, bukan saja tubuhmu.”
Datang pula seorang pekerja kepadaku, katanya “bersamamu, banyak orang yang bahagia, aku ingin menjadi pengikutmu” aku pun menjawab: “ engkau dapat menjadi pengikutku bila engkau berhenti menjilat, dan bila pemberianmu, tiada pemrih atau imbalan seperti kekuasaan dan kenaikan jabatan. Ketekunanmu janganlah untuk dilihat atasan. Bekerjalah dengan gembira. Selama engkau suka menerima suap, dan mau menolong jika ada keuntungan yang kau peroleh, engkau bukanlah pengikutku.”

Aku kasih kini aku harus pergi,
Kembali mengembara dihati setiap anak-anak manusia.
Dan berdiam disana jika mereka mau bahagia.
Akupun bahagia bersama mereka.



by: Penyair Amatir

Tidak ada komentar: